Humas IAIN Parepare- Annisa Nursyahbaniah Halim berhasil mencatatkan prestasi membanggakan sebagai wisudawan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Parepare dengan gelas S.Sos. Mahasiswi kelahiran Parepare, 13 Oktober 2002 ini meraih IPK 3,99 dengan predikat kelulusan dengan pujian setelah menempuh studi selama 3 tahun 9 bulan.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini merupakan putri dari pasangan Abd. Halim Ahmad, dan Kursiah. Ayahnya pernah berkarier di TVRI Sulawesi Selatan hingga pensiun tahun 2024, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Dukungan keluarga menjadi salah satu motivasi besar bagi Annisa untuk menyelesaikan studi dengan baik.
Sejak awal kuliah, Annisa dikenal sebagai sosok yang aktif mencari pengalaman baru. Hobinya menjelajah tempat-tempat baru membuatnya semakin terbuka dengan ide-ide segar, terutama dalam bidang komunikasi. Tidak hanya fokus pada perkuliahan, ia juga bergabung dengan salah satu rumah produksi di Parepare sejak semester tiga. “Saya mulai belajar dan bekerja freelance di rumah produksi, di sana saya mendalami bidang dokumentasi, event organizer, produksi konten hingga film pendek. Itu pengalaman berharga karena bisa langsung mempraktikkan ilmu komunikasi,” ujarnya.
Meski begitu, Annisa tetap menyadari pentingnya keseimbangan antara akademik dan organisasi. Ia cukup aktif di Himpunan Mahasiswa Prodi KPI, kemudian sempat bergabung di DEMA-FUAD meski tidak terlalu aktif. Bagi Annisa, pengalaman organisasi tetap memberi nilai tambah terutama dalam membangun jejaring dan keterampilan sosial.
Prestasi lain yang membanggakan diraih Annisa ketika bersama timnya berhasil lolos dalam Festival Film Pendek Makassar 2022 yang diselenggarakan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulsel. Selain itu, ia juga terpilih sebagai penerima Beasiswa BCA Finance Peduli 2023, sebuah apresiasi atas semangat belajarnya.
Namun perjalanan kuliah Annisa tentu tidak selalu mulus. Hambatan terbesar yang ia rasakan adalah menyeimbangkan waktu antara kuliah, pekerjaan rumah, serta aktivitas di rumah produksi. “Membagi waktu itu tantangan terbesar saya. Terkadang harus kejar deadline tugas kuliah, tapi di sisi lain ada pekerjaan freelance yang juga menuntut profesional. Belum lagi jika orang tua khawatir karena saya pulang larut setelah tugas produksi,” jelasnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Annisa mengandalkan manajemen waktu. Ia selalu membuat jadwal harian yang disusun malam sebelumnya, dengan memprioritaskan tugas yang paling mendesak. “Saya mencoba untuk membuat jadwal agar lebih efektif dan efisien. Setiap apa yang akan saya lakukan dari pagi hingga malam sudah saya atur sebelumnya,” tuturnya.
Bagi Annisa, kunci keberhasilan adalah melibatkan Tuhan dalam setiap langkah hidup. Motto yang selalu ia pegang, “Setiap apa yang terjadi sudah ada jalannya dan alasannya, dan jangan lupa untuk selalu libatkan Tuhan,” menjadi penguat dalam setiap proses hingga akhirnya bisa meraih gelar sarjana dengan prestasi gemilang. (aen/mif)