Skip ke Konten

Akhlak di Atas Ilmu: Keteladanan Prof. Mahsyar, Guru Besar IAIN Parepare yang Menggenggam Amanah Orang Tua

Humas IAIN Parepare — Kisah hidup Prof. Dr. H. Mahsyar, M.Ag., adalah refleksi nyata bahwa ketekunan, kesabaran, dan ketulusan adalah kunci menuju kemuliaan. Lahir di kampung sederhana Serre, Kabupaten Bulukumba, pada 31 Desember 1962, Prof. Mahsyar kini berdiri sebagai Guru Besar Ilmu Hadis Tarbawi di IAIN Parepare. Perjalanan panjangnya tentang pengabdian, membuktikan bahwa cahaya ilmu yang dipadukan dengan amal mampu membawa seseorang dari pelosok kampung menuju panggung ilmiah nasional.


Fondasi spiritual dan etos kerja Prof. Mahsyar tertanam kuat dari kedua orang tuanya yang sederhana, Muhammad Idris Dg. Mangatta dan Andi Mansuhari. Mereka menanamkan prinsip hidup dalam kultur Bugis yang menjunjung tinggi _siri’_ (harga diri) dan _pacce_ (empati). Prof. Mahsyar mengenang, “Orang tua saya selalu berkata, kalau mau hidup mulia, jadilah orang yang berguna. Dan ilmu adalah jalan untuk itu,” sebuah filosofi yang membentuknya menjadi pribadi yang disiplin dan penuh tanggung jawab.

Langkah awalnya di dunia pendidikan dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri hingga menamatkan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) pada tahun 1980. Di bangku PGAN inilah ia memupuk kecintaannya pada hadis, tafsir, dan bahasa Arab. Prof. Mahsyar mengungkapkan, “Di bangku PGAN saya belajar bukan hanya ilmu, tapi juga adab. Guru-guru kami waktu itu sangat menekankan akhlak sebelum ilmu,” menunjukkan bahwa adab (akhlak) selalu menjadi prioritas di atas ilmu pengetahuan semata.


Semangatnya yang tak pernah padam membawa Prof. Mahsyar ke IAIN Alauddin Ujung Pandang, tempat ia meraih gelar Sarjana hingga Doktor Ilmu Hadis pada tahun 2010. Disertasinya memperkuat reputasinya sebagai pakar yang mampu mengontekstualisasikan hadis dalam kehidupan modern. Karier pengabdiannya yang dimulai sejak 1994 di IAIN Parepare, mencapai puncaknya pada 05 Oktober 2025 dengan pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Hadis Tarbawi, setelah melalui berbagai jenjang akademik dan jabatan penting, termasuk Direktur Pascasarjana IAIN Parepare (2018–2022).


Sebagai seorang pemimpin, Prof. Mahsyar memegang teguh prinsip pengabdian. Ia pernah menjabat sebagai Dekan hingga Wakil Rektor di UMPAR, serta kini aktif di berbagai organisasi strategis seperti Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Parepare dan Wakil Ketua MUI Kota Parepare. Prinsipnya tegas: “Bagi saya, jabatan bukan kebanggaan, tapi ladang amanah. Selama kita diberi kesempatan, maka berbuatlah yang terbaik untuk lembaga dan umat,” sebuah kalimat yang menjadi pengingat bagi setiap pemimpin.

Keterlibatannya yang luas dalam organisasi keagamaan membuktikan bahwa ia adalah ulama yang berdakwah melalui tindakan nyata. Ia aktif membina remaja masjid dan memimpin pengajian, meyakini adanya sinergi yang tak terpisahkan antara akademik dan sosial. 

 “Saya selalu percaya, ilmu tanpa dakwah adalah kering. Dakwah adalah cara ilmu menemukan maknanya,” katanya, sebuah pesan yang mendorong akademisi untuk tidak sekadar berkutat di menara gading keilmuan, tetapi juga terjun langsung memberi manfaat.


Di balik capaian tersebut, Prof. Mahsyar dan istrinya, Prof. Hj. Nurhayati Ali, M.Hum. (Guru Besar IAIN Parepare), menjadi pasangan akademisi yang harmonis. Mereka menanamkan warisan ilmu dan iman pada anak-anak mereka yang juga berprestasi. Prof. Mahsyar kini meninggalkan pesan kuat bagi generasi penerus: “Ilmu harus melahirkan amal, amal harus melahirkan keberkahan, dan keberkahan harus mengalir untuk umat.” Keteladanan ini mengukuhkan Prof. Mahsyar sebagai sosok yang mewujudkan keberhasilan sejati: dari Serre yang sederhana, ia menjadi cahaya yang menerangi jalan bagi banyak orang. (Ang/IrmTin/)

di dalam Berita
Staf Ahli Menag RI Dorong Mahasiswa Kuasai Soft Skill dan Manajemen Risiko